^
^
Extra Ecclesiam nulla salus (EENS) | Sekte Vatikan II | Bukti dari Kitab Suci untuk Katolisisme | Padre Pio | Berita | Langkah-Langkah untuk Berkonversi | Kemurtadan Besar & Gereja Palsu | Isu Rohani | Kitab Suci & Santo-santa |
Misa Baru Tidak Valid dan Tidak Boleh Dihadiri | Martin Luther & Protestantisme | Bunda Maria & Kitab Suci | Penampakan Fatima | Rosario Suci | Doa-Doa Katolik | Ritus Imamat Baru | Sakramen Pembaptisan |
Sesi telah kadaluarsa
Silakan masuk log lagi. Laman login akan dibuka di jendela baru. Setelah berhasil login, Anda dapat menutupnya dan kembali ke laman ini.
Dukacita Maria yang Kedua: Yesus Dilarikan ke Mesir
Tujuh Dukacita Santa Perawan Maria
“Laksana rusa yang terluka oleh panah membawa nyerinya ke mana pun ia pergi, karena ia membawa bersama dirinya panah yang telah melukainya, demikian pula sang Bunda Allah, setelah nubuat yang menyedihkan dari Santo Simeon, seperti yang telah kita lihat sehubungan dengan dukacita pertama, selalu membawa bersama dirinya dukacitanya dalam ingatannya yang senantiasa akan Sengsara Putranya. Hailgrino, menjelaskan ayat dari Kidung Agung ini, ‘Rambut dari kepalamu, bagaikan warna ungu pakaian raja, terikat dalam kepangan,’[1] berkata bahwa rambut ungu ini adalah pikiran Maria yang senantiasa tertuju kepada Sengsara Yesus, yang senantiasa menatap kepada darah yang kelak akan mengalir dari luka-luka-Nya: ‘Benakmu, ya Maria, dan pikiranmu, yang tercelup di dalam darah Sengsara Tuhan kita, selalu dipenuhi dukacita, bagaikan pikiranmu sungguh melihat darah yang mengalir dari luka-luka-Nya.’[2] Maka, Putranya sendiri adalah panah di dalam hati Maria; dan semakin Ia tampak manis di hadapan Maria, semakin jauh lebih dalam pikiran akan kehilangan diri-Nya itu melukai hatinya. Marilah sekarang mempertimbangkan pedang dukacita kedua yang melukai Maria, dalam pelarian Bayi Yesus ke Mesir dari penganiayaan Herodes.
Herodes, setelah mendengar bahwa sang Mesias yang dinantikan telah lahir, dengan bodoh menakuti bahwa Ia akan merampasnya dari kerajaannya. Maka, Santo Fulgentius, yang menghardiknya atas kebodohannya, berkata kepadanya: ‘Mengapakah engkau khawatir, ya Herodes? Raja ini yang dilahirkan datang bukan untuk menaklukkan raja-raja dengan pedang, tetapi untuk menaklukkan mereka dengan agung oleh kematian-Nya.’[3] Maka, Herodes yang fasik itu menunggu untuk mendengar dari para Raja dari Timur yang kudus itu di mana sang Raja itu akan dilahirkan, supaya ia dapat mencabut nyawa-Nya; tetapi, saat ia menyadari bahwa ia ditipu, ia memerintahkan agar semua bayi yang dapat ditemukan di lingkungan Betlehem dibunuh.
Pada saat itulah malaikat tampak dalam sebuah mimpi kepada Santo Yosef, dan memerintahkannya: ‘Bangkitlah, dan bawalah Anak itu dan Ibunda-Nya untuk melarikan diri ke Mesir.’ Menurut Gerson,[4] Santo Yosef segera, pada malam itu, membuat perintah itu diketahui kepada Maria; dan, dengan membawa Bayi Yesus, mereka pun bergegas melakukan perjalanan mereka, seperti yang cukup jelas dari Injil sendiri: ‘yang bangun dan membawa bayi itu dan ibu-Nya pada malam itu, dan mengungsi ke Mesir.’[5] Ya Allah, ujar Santo Albertus Agung, dalam nama Maria, ‘haruskah ia melarikan diri dari manusia, Ia yang datang untuk menyelamatkan manusia?’[6] Lalu sang Bunda yang menderita itu sudah mengetahui bahwa nubuat Simeon tentang Putranya mulai terbukti benar: ‘Ia telah ditetapkan… sebagai suatu pertanda yang akan ditentang.’[7] Santo Yohanes Krisostomus menulis, dengan menyaksikan bahwa tidak lama setelah Ia lahir, Ia pun dianiaya sampai mati, betapa besarnya kegelisahan yang timbul di dalam hatinya akibat pengasingan yang kejam itu untuk dirinya dan Putranya: ‘Melarikan diri dari teman-temanmu kepada orang asing, dari bait Allah menuju bait para iblis. Cobaan lebih besar macam apa daripada cobaan itu dari mana seorang anak yang baru dilahirkan, yang bergantung di dada ibundanya, yang, ia juga dalam kemiskinan, harus bersama-Nya, terpaksa melarikan diri?’[8]
Siapa pun dapat membayangkan apa yang harus diderita oleh Maria di dalam perjalanan ini. Jarak ke Mesir amatlah jauh. Kebanyakan penulis setuju bahwa jaraknya itu adalah tiga ratus mil; sehingga memakan waktu lebih dari tiga puluh hari. Jalannya, menurut gambaran Santo Bonaventura tentangnya, ‘kasar, tidak dikenal, dan jarang dilalui orang.’[9] Hal ini terjadi pada musim dingin; sehingga mereka harus bepergian dalam salju, hujan, dan angin, melewati jalanan yang kasar dan kotor. Maria waktu itu berumur lima belas tahun – gadis muda yang halus, yang tidak terbiasa dengan perjalanan semacam itu. Tiada seorang pun yang melayani mereka. Santo Petrus Krisologus berkata, ‘Yosef dan Maria tidak memiliki pelayan laki-laki maupun perempuan; mereka berdua sendirilah tuan dan pelayan.’[10] Betapa menyedihkan pastinya, untuk melihat sang Perawan yang lembut itu, dengan Anak yang baru dilahirkannya yang berada dalam dekapannya mengembara di dunia! Santo Bonaventura berkata, ‘Tetapi, bagaimanakah mereka memperoleh makanan mereka? Di manakah mereka beristirahat pada malam hari? Bagaimanakah mereka mendapat penginapan?’[11] Apa yang mungkin mereka makan selain sepotong roti yang keras, yang dibawa oleh Santo Yosef atau yang didapatkan mereka dengan mengemis? Di manakah mereka mungkin tidur di jalan semacam itu (terutama pada padang gurun dua ratus mil, di mana tidak terdapat rumah ataupun penginapan, seperti yang dituturkan oleh para penulis), selain di atas pasir atau di bawah pohondi hutan, terpapar udara dan bahaya perampok serta binatang liar, yang banyak terdapat di Mesir? Ah, jika seseorang pun bertemu dengan ketiga sosok teragung di dunia ini, ia akan menerka mereka sebagai siapa, jika bukan sebagai pengemis miskin yang mengembara?
Mereka tinggal di Mesir, menurut Brocardus dan Jansenius,[12] di sebuah distrik bernama Maturea; walaupun Santo Anselmus berkata[13] bahwa mereka tinggal di kota Helipolis, atau di Memphis, yang sekarang disebut Kairo tua. Di sini, mari mempertimbangkan kemiskinan besar yang pasti mereka derita selama tujuh tahun yang, menurut Santo Antoninus,[14] Santo Thomas, dan lainnya, mereka lewatkan di sana. Mereka adalah orang asing, tidak dikenal, tanpa pendapatan, uang, saudara, hampir tidak bisa menunjang hidup mereka sendiri dengan usaha-usaha mereka yang rendah. ‘Dan mereka amat miskin,’ ujar Santo Basilius, ‘jelas bahwa mereka pasti harus banyak berjerih payah untuk memenuhi bagi diri mereka sendiri kebutuhan-kebutuhan hidup.’[15] Juga, Landolph dari Sachsen telah menulis (dan hendaknya ini menjadi penghiburan bagi yang miskin), bahwa ‘Maria tinggal di sana di tengah-tengah kemiskinan yang sedemikian rupa sehingga terkadang ia bahkan tidak memiliki secuil roti pun yang dapat diberikannya kepada Putranya, sewaktu Putranya itu meminta roti karena terdesak oleh kelaparan.’[16]
Setelah kematian Herodes, Santo Matius berkata, bahwa malaikat kembali muncul kepada Santo Yosef di dalam sebuah mimpi, dan mengarahkan mereka untuk kembali ke Yehuda. Santo Bonaventura yang berbicara tentang pulangnya mereka ini, mempertimbangkan betapa lebih besarnya penderitaan sang Perawan suci oleh karena penderitaan Yesus yang meningkat jauh, sebab Ia pada waktu itu berumur sekitar tujuh tahun – umur di mana, ujar sang Santo, ‘Ia terlalu besar untuk dibawa, dan tidak cukup kuat untuk berjalan tanpa bantuan.’[17]
Maka, pemandangan akan Yesus Maria yang mengembara sebagai buronan di muka dunia, mengajarkan kita bahwa kita juga harus hidup sebagai pengembara di sini; menjauhkan diri dari hal-hal yang ditawarkan oleh dunia kepada kita, dan yang harus kita segera tinggalkan untuk masuk ke dalam keabadian; ‘Kita di sini tidak memiliki kota yang selalu ada, tetapi, carilah kota yang akan datang.’[18] Santo Agustinus juga menambahkan: ‘Engkau adalah seorang tamu: engkau melayangkan pandang, lalu berlalu.’[19] Pemandangan itu juga mengajarkan kita untuk memeluk salib-salib kita, sebab tanpa salib-salib itu, kita tidak dapat hidup di dunia ini. Beata Veronika da Binasco, seorang biarawati Agustinian dibawa dalam rohnya untuk mendampingi Maria bersama Bayi Yesus di dalam perjalanan mereka ke Mesir; dan setelahnya, sang Bunda Allah itu berkata, ‘Putriku, engkau telah melihat betapa besar kesulitan yang harus kami lalui untuk mencapai negeri ini; sekarang, ketahuilah bahwa tidak seorang pun menerima rahmat tanpa penderitaan.’[20] Barangsiapa ingin untuk merasakan penderitaan-penderitaan yang lebih kecil di hidup ini harus pergi menemani Yesus dan Maria: ‘Bawalah Anak itu dan Ibundanya.’[21] Semua penderitaan menjadi ringan, dan bahkan manis serta memikat, bagi ia yang oleh karena cintanya membawa Putra ini serta Ibunda-Nya di dalam hatinya. Maka, marilah mencintai mereka ; marilah menghibur Maria dengan menyambut Putranya di dalam hati kita, yang sampai sekarang bahkan terus dianiaya oleh manusia lewat dosa-dosa mereka.
TELADAN
Perawan yang tersuci ini pada suatu hari tampak kepada Beata Collette, seorang biarawati Fransiskan, dan menunjukkan kepadanya Bayi Yesus di dalam sebuah cekungan, tercabik-cabik, dan lalu ia berkata ; ‘Demikianlah para pendosa terus-menerus memperlakukan Putraku, memperbarui kematian-Nya dan dukacitaku. Putriku, berdoalah untuk mereka, agar mereka dapat berkonversi.’[22] Penglihatan lainnya diberikan kepada Suster Yohanna dari Yesus dan Maria yang terhormat, yang juga seorang biarawati Fransiskan. Pada suatu hari, ia sedang bermeditasi akan Bayi Yesus yang dianiaya oleh Herodes, sewaktu mendengar kegaduhan besar. Pria-pria bersenjata mengejar seseorang; dan segera, ia melihat di hadapannya seorang anak yang sungguh tampan, yang kehabisan napas serta berlari-lari, sambil berseru: ‘Ya Yoanna-Ku, tolonglah Daku, sembunyikanlah diri-Ku! Aku ini Yesus dari Nazaret; Aku melarikan diri dari para pendosa yang hendak membunuh-Ku, dan menganiaya-Ku seperti Herodes. Selamatkanlah Daku.’[23]
DOA
Ya Maria, walaupun Putramu telah wafat dalam tangan manusia yang menganiaya-Nya sampai kematian-Nya, orang-orang yang durhaka ini tidak berhenti menindas-Nya oleh dosa-dosa mereka, dan terus membuatmu menderita, ya Bunda yang berduka ! Dan, ya Allah, diriku juga adalah salah satu dari orang-orang ini. Ya, Bundaku yang termanis, perolehkanlah bagiku air mata untuk menangisi ketidaktahuberterimakasihan semacam itu. Oleh penderitaan yang kautanggung di dalam perjalanan ke Mesir, bantulah aku dalam perjalanan yang kutempuh ini menuju keabadian; sehingga dengan demikian, aku dapat terus bersatu denganmu untuk mengasihi Juru Selamatku yang teraniaya di dalam kerajaan orang kudus. Amin.”
Catatan kaki:
Diterjemahkan dari edisi berbahasa Inggris : Santo Alfonsus de Liguori, Glories of Mary [Kemuliaan Maria], Edisi II, New York, 1868, hal. 423-427.
[1] Et oomae capitis tui, sicut purpura regis, vincta canalibus.—Cant. vii. 5.
[2] Mens tua, O Maria, et cogitationes tuae tinctae in sanguine dominicae passionis, sic affectae semper fuere, quasi recenter viderent sanguinem de vulneribus profluentem. – In Cant. I. cit.
[3] Quid est quod sic turbaris, Herodes?... Rex iste, qui natus est, non venit reges pugnando superare, sed moriendo mirabiliter subjugare. – Serm. de Epiph. et Innoc. nace.
[4] Joseph. dist. 1.
[5] Qui consurgens, accepit puerum et matrem ejus nocte, et secessit in Aegyptum. – Matt. ii. 14.
[6] Debet fugere, qui Salvator est mundi?
[7] Ecce positus est hic…in signum cui contradicetur. – Luc. ii. 34.
[8] Fulge a tuis ad extraneos, a templo ad daemonum fans. Quae major tribulatio, quam quod recens natus, a collo matria pendens, cum ipsa matre paupercula fugere cogatur?
[9] Portabat eum mater… per viam silvestrem, obscuram, nemorosam, asperam, et inhabitatam. – De Vita Christi, cap. xii.
[10] Joseph et Maria non habent famulum, non ancillam ipsi domini et famuli.
[11] Quomodo faciebant de victu secum portando? Ubi etiam, et quomodo de nocte quiescebant et hospitabantur? – De Vit. C. cap. xii.
[12] In Conc. c. 11.
[13] Enarr. in. Matt. ii.
[14] P. 4, tit. 15, c. 36.
[15] Cum enim esset egeni, manifestum est quod sudores frequentabant, necessaria vitae inde sibi quaeretes. – Const. Mon. c. 5.
[16] Aliquando filius famem patiens panem petit, neo unde dare mater habuit.—Vit. Christi, p. 1. cap. xiii.
[17] Nunc sic magnus est quod portari non praevalet, et sic parvus quod per se ire non potest. – In Vita C. cap. xiii.
[18] Non enim habemus hic manentem civitatem, sed futuram inquirimus Heb. xiii. 14.
[19] Hespes es, vides, et transis
[20] Boll. 13 Jan. Vit. 1. 5. c. 6.
[21] Accipe puerum et matrem ejus
[22] Boll. 6 Mart. Summ. Virt. e. 3.
[23] Ap. p. Genov. Serv. Dol. di Mar.
Artikel-Artikel Terkait
Bunda maria yang penuh kasih... doakanlah kami yang berdosa ini ....
Thomas N. 1 bulanBaca lebih lanjut...Halo – meski Bunda Teresa dulu mungkin tampak merawat orang secara lahiriah, namun secara rohaniah, ia meracuni mereka: yakni, dengan mengafirmasi mereka bahwa mereka baik-baik saja menganut agama-agama sesat mereka...
Biara Keluarga Terkudus 2 bulanBaca lebih lanjut...Tentu saja kami ini Katolik. Perlu anda sadari bahwa iman Katolik tradisional itu perlu untuk keselamatan, dan bahwa orang yang meninggal sebagai non-Katolik (Muslim, Protestan, Hindu, Buddhis, dll.) TIDAK masuk...
Biara Keluarga Terkudus 2 bulanBaca lebih lanjut...Terpuji lah Tuhan allah pencipta langit dan bumi
Agung bp 2 bulanBaca lebih lanjut...apakah anda katolik benaran?
lidi 2 bulanBaca lebih lanjut...Saat bunda teresa dengan sepenuh hati merawat dan menemani mereka dalam sakratul maut saya percaya kalau tindakan beliau secara tidak langsung mewartakan injil dan selebihnya roh kudus yang berkenan untuk...
bes 3 bulanBaca lebih lanjut...Ramai dibahas oleh kaum protestan soal soal Paus Liberius. Trimakasuh untuk informasinya
Nong Sittu 3 bulanBaca lebih lanjut...Halo kami senang anda kelihatannya semakin mendalami materi kami. Sebelum mendalami perkara sedevakantisme, orang perlu percaya dogma bahwa Magisterium (kuasa pengajaran Paus sejati) tidak bisa membuat kesalahan, dan juga tidak...
Biara Keluarga Terkudus 5 bulanBaca lebih lanjut...Materi yang menarik. Sebelumnya saya sudah baca materi ini, namun tidak secara lengkap dan hikmat. Pada saat ini saya sendiri sedang memperdalami iman Katolik secara penuh dan benar. Yang saya...
The Prayer 5 bulanBaca lebih lanjut...Santa Teresa, doakanlah kami
Kristina 6 bulanBaca lebih lanjut...